POLA JARINGAN SOSIAL EKONOMI MIGRAN BUGIS SEBAGAI PEDAGANG
SAYUR (Studi di Pasar Baruga Kota Kendari)
Oleh:
NAMA : Nilam Sari
PEMBIMBING I : Muh.Arsyad
PEMBIMBING II : Bakri Yusuf
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah : (1)
Untuk mengetahui jarinag sosial Ekonomi migran Bugis sebagai pedsgsang sayur
dipasar Baruka Kota Kendari. (2) Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang
mendorong dan penghambat masyarakat Bugis migran memilih menjadi pedagang sayur
di Pasar Baruga Kota Kendari Manfaat
penelitian : (1) dapat mengetehui jawaban dari fenomena sosial yang ada
dimasyarakatserta diharapkan bisa menjadi referensi peneliti selanjutnya. (2)
Sebagai bahan acuan dan informasi dalam merumuskan kebijakan dalam upaya untuk
memberikan pemahaman kepada warga transmigrasi.Penelitian ini dilaksanakan di
Pasar Baruga Kota Kendari. Penentuan informasi dilakukan secara purposive
sampling yaitu teknik penentuan informan secara sengaja yang berjumlah 16 orang
dan data penelitian ini diperoleh melalui observasi (pengamatan), interview
(wawancara) serta dianalisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa jaringan sosial ekonomi migran di Pasar Baruga Kota Kendari
berjalan dengan baik dan faktor-faktor yang mempengaruhi adalah faktor
keinginan dan kondisi sosial ekonomi.
Kata kunci : transmigran Bugis
A. PENDAHULUAN
Migrasi penduduk merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan proses berkembangnya pembangunan di Indonesia. Fenomena
migrasi yang berlangsung dalam suatu
negara banyak terlihat di berbagai wilayah Indonesia. Salah satu daerah
yang mencerminkan adanya fenomena
migrasi antar daerah (interprovincial
migration) maupun migrasi
internasional (international
migration). Pekerja
migran internal (dalam negeri) adalah orang yang bermigrasi dari tempat asalnya
untuk bekerja di tempat lain yang masih termasuk dalam wilayah Indonesia.
Karena perpindahan penduduk umumnya dari desa ke Kota (rural-to-urban migration), maka pekerja migran internal seringkali
diidentikan dengan “orang desa yang bekerja di kota.
Jaringan sosial yang
dikembangkan dan dipelihara di antara sesama migrant sedesa asal tersebut
antara lain dapat ditelusuri sejak migran yang bersangkutan pertama kali
berangkat bermigrasi, karena sejak awal keberangkatan seseorang bermigrasi
tidak lepas hubungannya dengan sesama migran se Desa asal. Penelitian terhadap
migran ini menemukan bahwa umumnya ketika pertama kali seorang migran baru
bermigrasi ke kota, ia tidak berangkat seorang diri, melainkan selalu ada
migran yang telah lebih dahulu bermigrasi yang mengajak atau membawanya.
Secara
historis, sebagian besar suku bugis turun temurun telah merantau mencari
keberuntungan di daerah yang baru .dahulu sangat bergantung terhadap sektor
pertanian untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Penggunaan lahan mayoritas digunakan
untuk sektor agraris/pertanian yang merupakan warisan turun temurun dari nenek
moyang mereka, seperti: padi, jagung, kacang, dan lain sebagainya. Serta di sektor
peternakan.Akan tetapi, saat ini kondisi tersebut sudah mengalami perubahan
seiring perkembangan zaman (kemajuan IPTEK), perubahan iklim, dan bertambahnya
jumlah penduduk yang cukup pesat.Pada perkembangannya, pengelolaan pertanian
menjadi kurang maksimal, dan berdampak pada hasil panen yang seringkali
mengalami pemerosotan harga. Selain itu, juga terjadi pengalih-fungsian lahan
sabagai lahan pemukiman baru dan sarana-sarana umum seperti: sarana pendidikan,
balai desa, dan lain-lain. Berdasarkan kondisi itulah (kondisi lahan pertanian
yang kurang menjanjikan akibat permainan harga pasar dan munculnya masalah
social ekonomi yang menjadi faktor pendorong mereka untuk merantau ke daerah
lain.
Bugis merupakan kelompok etnik dari wilayah asal Sulawesi Selatan ini mempunyai
ciri utama adalah bahasa dan adat-istiadat. Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 2000, populasi orang Bugis sebanyak sekitar enam juta jiwa.
Kini orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti Sulawesi Tenggara, dan daerah di
Indonesia lainnya maupun di manca Negara. Kepiawaian suku Bugis dalam mengarungi samudra cukup dikenal luas, dan wilayah perantauan mereka. awal orang-orang Bugis ke daerah lain di
Nusantara hingga ke Sulawesi tenggara adalah adanya semangat untuk merantau (massompe’). Orang-Orang
Bugis selalu berupaya mencari tempat yang dianggap layak bagi dirinya untuk
tinggal, bekerja, bermasyarakat dan lain-lain. Selama hal tersebut belum
dicapai, perantauan tidak akan pernah
berakhir. Perantauan orang Bugis ini juga dimotivasi budaya siri’ yang menjadi
pandangan hidup orang Bugis.Merantau bagi orang Bugis dianggap menjadi jalan
memperbaiki hidup dan meningkatkan harkat dan martabat, baik harga diri maupun
kelompok.Karena itulah Bugis lebih berhasil, disebabkan oleh situasi historis
dan keunikan orang-orang Bugis untuk melakukan pembaharuan.
Migran orang
Bugis sebagai pendatang yang secara tidak lansung berusaha untuk mempersatukan
dirinya dengan kehidupan setempat, pada akhirnya dipaksa untuk beradaptasi
dengan linkungan adat istiadat, walaupun dalam bentuknya yang paling sederhana.
Adaptasi dengan
adat istiadat merupakan suatu masalah karena hal tersebut mengalami peroses
yang membutuhkan jangka waktu yang relatif lama.Waktu yang di butuhkan tersebut
sangat relative yaitu sepanjang dengan masa dimana para migran merasa betah
untuk tinggal dan menganggap linkungan itu menjadi miliknya. Sebab itu maka
dalam proses tersebut, seseorang akan mengadaptasi bagian yang paling sederhana
dalam adat istiadat simbol yang di gunakan berhubungan dalam masyarakat seperti
bahasa, isyarat, warna dan aneka tingkahlaku yang dipolakan untuk memberikan
pengertian tertentu dan telah di ketahui secara menyeluruh dalam kelompok
tersebut.
Migran Bugis khususnya yang ada di Kota
Kendari segala cara akan dilakukannya untuk meningkatkan perekonomiaanya,
diantaranya berdagang dan nelayan. Dimana jika berbicara tentang pedagang sayur
di Kota Kendari pusatnya yaitu di pasar Baruga, tempat pusat bongkar muat
segala jenis sayuran yang dibutuhkan dalam kota Kendari. Suku Bugis yang
berdangang sayur di Kota Kendari khususnya yang ada di Pasar Baruga Kendari
sebanyak 70% sedangkan yang lainnya
adalah suku Tolaki, Muna dan Jawa sebanyak 30%. Ini berarti bahwa yang
berdagang di Pasar Baruga mayoritas suku Bugis yang berdatangan dari berbagai
daerah.Oleh karena itu penulis bermaksud untuk mengkaji secara cermat tentang “Pola Jaringan Sosial Ekonomi Migran Bugis Yang Berperan
Sebagai Pedagang Sayur Studi Dipasar
Baruga Kota Kendari.”
Adapun rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu:
1.
Bagaimanakah Pola
jaringan sosial ekonomi migran Bugis sebagai pedagang sayur di Pasar Baruga
Kota Kendari?
2.
faktor-faktor
pendorong dan penghambat apakah masyarakat migaran Bugis memilih menjadi Pedagang
sayur di Pasar Baruga Kota Kendari?
Sedangkan tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui
bagaimana Pola jaringan sosial
ekonomi migran Bugis sebagai pedagang sayur di Pasar Baruga Kota Kendari.
2. Untuk mengetahui
faktor-faktor pendorng dan Penghambat masyarakat migrant Bugis memilih menjadi
pedagang sayur di Pasar Baruga Kota Kendari.
B.
METODE PENELITIAN
Peneliti ini
menggunakan jenis penelitian kualitatif, karena Metode penelitian kualitatif
ini melalui observasi, wawancara (interview)
pada informan secara langsung dan dokumentasi. Jadi data yang diperoleh valid
dan mudah di analisis.
Subyek utama dalam penelitian ini adalah migran Bugis yang
sengaja datang di pasar Baruga Kota Kendari untuk berdagang sayur sebanyak 16
(enam belas) orang. Informan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tehnik
purfosive sampling (sengaja) dengan pertimbangan bahwa informan penelitian benar
benar memahami subtansi masalah yang paham untuk memberikan keterangan guna
menjawab permasalahan dalam penelitian.
Sumber data
yang utama dalam metode penelitian kualitatif adalah perkataan, tindakan dan
sebagai tambahan data dari dokumen-dokumen dan arsip-arsip mengenai pedagang
sayur yang ada di pasar Baruga melalui data statistik.
Ada juga
jenis-jenis data yang diperlukan: (1). Data primer, yaitu merupakan data
yang paling utama yang digunakan oleh
peneliti dalam pengumpulan data untuk dianalisis diberikan informan yang di
wawancara secara langsung. Seperti, para migran Bugis yang berprofesi sebagai pedagang
sayur di pasar Baruga Kota Kendari, para pemilik lapak. (2). Data Sekunder,
yaitu data penunjang yang diperoleh dari dokumentasi. Data ini digunakan
sebagai pelengkap data yang harus di peroleh oleh peneliti.
Penelitian yang menggunakan metode penelitian kualitatif ada tiga cara untuk mendapatkan yaitu sebagai berikut: (1). Observasi yaitu, merupakan salah satu teknik
yang dilakukan dalam pencarian data pada penelitian kualitatif. Pengamatan dilakukan dengan melihat mata
telanjang untuk melihat kondisi maupun suasana tempat yang ingin dilakukan
penelitian. Pada observasi berlangsung, peneliti bisa memberikan gambaran awal
tentang data yang akan digunakan sebagai bahan analisis masalah yang ada dalam
penelitian ini. Observasi berlangsung di Pasar baruga di Kota Kendari, Peneliti
juga melakukan pengamatan kondisi lingkungan pedagang sayur serta pengamatan
terhadap ekonomi, dan hubungan sosial antara
pedagang yang satu dengan yang lainnya. (2). Interview, atau wawancara dilakukan dengan proses wawancara kepada
informan secara langsung, Pencarian informasi dengan cara wawancara terlebih
dahulu ditentukan key-informan (informan
kunci). Dalam peneliatian ini yang
menjadi informan adalah orang-orang yang sudah lama menjadi pedagang sayur,
kepala pasar, tokoh masyarakat migran Bugis.(3). Dokumentasi yaitu, merupakan
pencarian data yang berbentuk gambar, arsip dan data-data yang tertulis. Karena
peneliti perlu mengambil gambar selama
proses penelitian berlangsung untuk memberikan bukti secara riil yang ada di
pasar Baruga Kota Kendari. Arsip-arsip dan data-data lainnya digunakan untuk
mendukung data dari hasil observasi dan interview.
C.
PEMBAHASAN
1.
Pola Jaringan Sosial Ekonomi Migran
Bugis Sebagai Pedagang di Pasar Baruga Kota Kendari
Jaringan sosial
ekonomi merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam
suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam
bentuk yang formal maupun bentuk informal.
Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama dan kordinasi
antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat
resiprosikal. (Damsar, 2002).
a. Hubungan Antara Sesama Pedagang
Hasil wawancara dengan
informan yang berdagang di Pasar Baruga selama 5 Tahun bernama udding (40
tahun) sebagai pedagang yang mengatakan bahwa:
“Kami semua di sini tentunya berdagang untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga yaitu kebutuhan ekonomi. Untuk bias bertahan berdagang disini pastinya
kami saling menghargai antara sesama pedagang, saya sangat menjaga hubungan
keakraban sesama pedagang terkadang kami saling membantu membersihkan sekeliling
tempat meskipun ada petugas kebersihanya, kami menjual kenyamanan dan keamanan
juga kami jaga bersama demi terciptanya hubungan yang harmonis dari kami semua
sampai sekarang.” (Wawancara udding 12 Februari 2016)
Hasil wawancara
tersebut menunjukan bahwa hubungan antara pedagang dengan sesama pedagang di
Pasar Baruga Kota Kendari. semua
pedagang di sisni tentunya berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga
yaitu kebutuhan ekonomi. Untuk bisa
bertahan berdagang disini pastinya kami saling menghargai antara sesama
pedagang, para pedagang sangat menjaga
hubungan keakraban sesama mereka terkadang saling membantu membersihkan
sekeliling tempat penjualan. kenyamanan dan keamanan juga pedagang jaga
bersama demi terciptanya hubungan yang harmonis dari semua pedagang sampai sekarang.
Hal ini juga didukung
oleh seorang informan yang Berdagang di Pasar Baruga selam 3 tahun, bernama
Jusman ( 35 tahun ) sebagai pedagang yang mengatakana bahwa.
“menurut saya hubungan pedagang di sini sangat baik
selama saya berdagang disini tidak ada diantara kami yang saling
menjelek-jelekan satu sama lain.
Terkadang kami juga saling
bercanda kalau kami sementar menjual, semua kewajiban berkaitan dengan maslah
kenyamanan dan kebersihan pasar juga kami sangat menjaganya demi terciptanya
hubungan yang harmonis dari kami semua. (Wawancara Jusman 12 April 1216)
Berdasarkan hasil
wawancara tersebut di atas menunjukan bahwa hubungan pedagang dengan pedagang di
Pasar Baruga, hubungan pedagang di sini sangat baik selama berdagang di pasar tidak ada diantara para pedagang yang saling
menjelek-jelekan satu sama lain.
Terkadang para pewdagang juga
saling bercanda kalau sementar menjual,
semua kewajiban berkaitan dengan maslah kenyamanan dan kebersihan pasar juga
para pedagang sangat menjaganya demi terciptanya hubungan yang harmonis dari
semua pedagang.
b.
Hubungan antara
Pedagang Dengan Pedagang Grosiran
Semua jenis
perdagangan akan berkembang besar dan dapat bersaing di pasar duni tentunya
harus mengutamakan kualitas hasil produk barang dagangan harus memuaskan pelanggan dan pola hubungan antara pedagang
juga harus dijaga demi terjalinya keharmonisan para pedagang.
Hal ini didukung oleh seorang informan yang
berdagang di Pasar Baruga selam 6 Tahun bernama Baha (46 tahun) sebagai
pedagang grosiran yang mengatakan bahwa
:
“Saya sebagai pedagang grosiran sangat menjaga
hubungan saya dengan pedagang lain karena saya menjual dalam jumlah besar
tentunya saya mengharapkan jumlah pembeli yang banyak juga nah kalau hubungan
saya dengan pedagang lain kurang baik maka pembelinya juga akan berkurang.
Tetapi selama saya menjual disini hubungan saya dengan para pelanggan adalah
hal paling utama bagi saya.allhamdullilah sampai sekarang saya masih menjual
disini dan mendapat keuntungan besar karena banyak yang berbelanja ditempat
saya.”(Wawancara Baha 20 April 2016)
Berdasarkan hasil
wawancara tersebut di atas menunjukan bahwa hubungan pedagang dengan pedagang
grosiran di Pasar Baruga Kota Kendari.
pedagang grosiran sangat menjaga hubungan dengan pedagang lain karena menjual dalam jumlah besar tentunya mengharapkan jumlah pembeli yang banyak juga
nah kalau hubungan antara para kurang baik maka pembelinya juga akan berkurang.
Tetapi selama menjual di pasar hubungan para pedagang dengan para pelanggan
adalah hal yang paling utama. Allhamdullilah sampai sekarang masih menjual di Pasar dan mendapat
keuntungan besar karena banyak yang berbelanja ditempatnya.
Hal tersebut didukung oleh seorang informan yang bernama Ani (38 tahun) sebagai pedagang yang
mengatakan bahwa :
“Yaah hunungatta idi kunye sibawa papadatatta pabalu grosisir liwa mgello
nasaba iyya de upermasalahkanih rekko engkkanna saingatta nasaba iyya wisseng
kasi sippadaki massappa dale di kampponna taue”
Artinya:
“yaa hubungan kami dengan pedagang
grosiran itu sangat baik baik karna saya tidak permasalakan dengan kedatangan
mereka karna saya tahu bahwa mereka juga mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka. (Wawancara Ani 20 April 2016)
Hal tersebut didukung oelh informan yang Berdagang
selama 8 tahun di pasar baruga bernama
Atika (25 tahun) sebagai pedagang grosiran yang
mengatakan bahwa :
“Sipungenna iya mabbalu kuyye idi pabalueh komppaki
sibantu-bantu sippadatatta pabalu nasaba padapadaki lokka masappa dalle“
Artinya
“Semenjak saya berdagang disini kami selalu bekerja sama,
saling membantu antar sesama penjual karena sesame pedagang harus saling
bekerja sama dalam memmenuhi kebutuhan hidup dalam keluarga.” (Wawancara Atika 21
April 2016)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas menunjukan
bahwa hubungan antara pedagang dengan pedaganng grosiran Semenjak pedagang grosiran berdagang mereka selalu
bekerja sama, saling membantu antar sesama penjual karna sesama pedagang harus
saling bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan hidup dalam keluarga.
c.
Hubungan Pedagang Dengan
Pelanggan
Sebuah keberhasilan dalam pergagangan tentunya
semua pihak yang menjalankan perdagangan itu harus menjalin hubungan yang baik
antara sesame baik itu hubungan antara sesame pedagang, hubunagn pedagang
dengan grosiran dan hubungan pedagang dengan pembeli berikut ini adalah hasil
wawancara dengan salah seorang informan yang berdagang di pasar Baruga selama 8
Tahun bernama Husna (23 tahun) sebagai
pedagang yang mengatakan bahwa :
“Ko iyya hubunganku sibawa langanakku liwwa gello
biasanna iya balukku sibawa langganakku masemppo nasaba alena malewe engkka
manggelli kuyye jadi harus di jahga hubungatta tete madeceng nasababiasanna
alena sello melli maega balukku”
Artinya:
“hubungan saya dengan pelanggan saya sangat baik
biasanya saya jual dagangan saya kepada langganan saya itu agak murah karna dia
sering dating belanja disini jadi saya harus menjaga hubunagan ini tetap baik
karna biasanya dia sering memborong hasil daganganku.” (Wawancara
Husnna 22 Apri l2016)
Berdasarkan hasil weawancara tersebut di atas menunjukan
bahwa hubungan antara pedagang dengan pelanggan, hubungan diantara
keduanya sangat baik biasanya
pedagang menjual dagangannya kepada langganannya itu agak murah karena
pembeli sering datang belanja disini jadi pedagang harus menjaga hubunagan ini agar tetap baik
karena biasanya pembeli sering memborong hasil dagangannya.
Hal tersebut didukung oleh informan yang berdagang
di pasar Baruga selama 8 thun bernama Ema (29 tahun ) sebagai pedagang yang
mengatakan bahwa :
“hubungan kami baik biasanya low
merekah dating membeli disini saya selalu jual murah supaya mereka datang lagi
belanja itu sebabnya saya selalu jaga hubungan ini agar tetap terlalin dengan
baik karna apabila saya jual dagangannku lebih mahal bukan pembeli lain saja
yang kurang tetapi pelanggan saya jugapun akan pergi belanja di tempat lain
yang merekaa anggap lebih murah.” (Wawancara Ema 23 April 2016)
Beradasarkan hasil wawancara tersebut di atas
menunjukan bahwa hubungan antara keduanya sangat baik biasanya kalau pembeli datang disini pedagang selalu jual murah supaya
pelanggan datang lagi belanja di
tempatnya, sebabnya pedagang selalu
menjaga hubungan ini agar tetap terjalin dengan baik karena apabila pedagang
menjual dagangannya lebih mahal bukan pembeli lain saja yang kurang tetapi
pelanggan jugapun akan pergi belanja di
tempat lain yang mereka anggap lebih murah.
2.
Faktor-Faktor Yang Mendorong Masyarakat
Memilih Berdagang Sayur
Perdagangan merupakan faktor penting guna
merangsang pertumbuhan ekonomi. Perdagangan memperbesar kapasitas
konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke
sumber-sumberdaya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk yang hasilnya
merupakan bekal utama yang jika tidak tersedia negara-negara miskin tidak akan
mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya.
Perdagangan membantu semua warga negara dalam menjalankan usaha-usaha
pembangunan mereka melalui promosi serta pegutamaan sektor-sektor ekonomi yang
mengandung keuntungan komperatif (Todaro, 2000).
Pada dasarnya
kegiatan perdagangan timbul karena adanya keinginan oleh pihak pihak yang
terlibat didalamya untuk memperoleh manfaat/keuntungan tambahan yang dapat
diperoleh dari kegiatan perdagangan tersebut. Oleh karena itu motif manusia
melakukan perdagangan adalah untuk memperoleh manfaat/keuntungan dari
pelaksanaan kegiatan tersebut (Boediono,1992)
a.
Faktor Ekonomi
Kebutuhan masyharakat yang paling pokok adalah masalah
makanan. Semua masyarakat akan mampu menjalankan hidup sehari-hari apa bila di
tunjang dengan kondisi ekonomi yang baik
pula.
Hal ini didukung oleh informan yang bernama Hj. Assa
( 53 tahun ) sebagai peedagang yang mengatakan bahwa :
“dia menyatakan ekonomi saya meningkat semenjak saya
berdagang dan itu saya membantu bagi kelangsungan hidup keluarga saya. Walaupun
hasilya tidak terlalu banyak tapi Alhamdulillah kebutuhan kami terpenuhi.” (Wawancara Assea
24 April 2016)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas
menunjukan bahwa faktor pendodrong masyarakat memilih menjadi pedagang sayaur
yaitu karna faktor ekonomi. pedagang mengatakan ekonominya meningkat
semenjak berdagang dan sangat membantu bagi kelangsungan hidup
keluarga. Walaupun hasilya tidak terlalu banyak tapi Alhamdulillah kebutuhan
terpenuhi dengan baik.
Hal tersebut didukung oleh informan yang Berdagang
di pasar Baruga selama 6 Tahun yang bernama Jusman (35 tahun ) sebagai pedagang
yang mengatakan bahwa :
“dengan berdagang maka kebutuhan kami terpenuhi.
Karna saya susah mencari pekerjaan cuman tamatan SD saja. siapa yang mau
teriama dalam bekerja, sehingga saya coba-coba untuk berjualan tetapi hasil
yang saya dapat itu sangat memuaskan. Untuk itu sampai sekarang ini saya masi
tetap berjualan.” (Wawancara Jusman 24April 2016)
Berdasarkan hasil wawancarta tersaebut di atas
menunjuken bahwa faktor yang mendorong masyarakat berpindah dan memilih menjadi
pedagang sayur karna faktor ekonomi,
dengan berdagang maka kebutuhan pedagang
terpenuhi. Karena pedaganmg susah mencari pekerjaan kalau cuman tamatan
SD saja. siapa yang mau teriama dalam bekerja, sehingga pedagang coba-coba
untuk berjualan tetapi hasil yang didapatkan sangat memuaskan. Untuk itu sampai
sekarang masi tetap berjualan.
Hal tersebut didukung oleh informan yang brdagang
selam 8 tahun yang bernama Marni (41 tahun) sebagai pedagang yang mengatakan
bahwa :
“Saya memilih menjadi pedagang sayur karna saya
tidak mempunyai modal yang banyak sedangkan berdagang sayur dengan modal rendah
kita suda bias menjual dan Alhmdulillah penghsilnya cukup memenuhi
kebutuhan. (Wawancara Marni 24 April
2016)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas menunjukan
bahwa faktor yang mempengaruhi masyarakat menjadi pedagang sayur yaitu faktor
ekonomi, masyarakat memilih menjadi
pedagang sayur karena tidak mempunyai modal yang banyak sedangkan berdagang
sayur dengan modal rendah suda bisa
menjual dan Alhmdulillah penghsilnya cukup memenuhi
kebutuhan.
3.
Faktor Keinginan
Barikut ini
adalah hasil wawancara bersama informan yangberdagang di pasar Baruga selama 4
tahun bernama Emma (32 tahun) sebagai
pedagang yang mengatakan bahwa ;
“awalnya saya berdagang sayur saya hanya
mencoba-coba tapi setelah saya jalankan saya sangat senag karena saya cukup
mendapatkan untung banyak dan hinga sekarang pun dengan berdagan sayur saya
bisa menyekolakan anaka saya hingga k perguruan tinggi.” (Wawancara
Emma 25 April 2016)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas
menunjukan bahwa faktor yang mendorong masyarakat memilih menjadi pedagang
sayur yaitu faktor keinginan. awalnya
berdagang sayur hanya mencoba-coba tapi setelah menjalankan sangat
senang karena cukup mendapatkan untung banyak dan hinga sekarang pun dengan
berdagan sayur bisa menyekolakan anakanya hingga keperguruan tinggi.
Hal tersebut
didukung oleh informan yang berdagang selama 5 tahun yang bernama Atika (28 tahun ) sebagai pedagang
ynag mengatakan bahwa :
“Pamulanna iya mabbalu macoba-coba maka bawang
sibawa sitampe bolaku tapi sipungenna ujalani lumaya sedding untunna
daripada mondroka di bolae degage jamang
jadi lebbi mabbalu kaju, panna hasilna lumayanto untu keperluatta baru tannia
cuma yaro lakkaikku nabantu tokki mabalu jdi yatoro sedding pa bertahaka mabalu
lettu kokuro.
Artinya:
“awalnya saya berdagamg hanya sekedar ikut ikutan
sama tetngga tetapi setelah saya menjalaninya ternyata hasilnya lumayan
memuaskan dari pada saya tiggal dirumah ndag ada pekerjaan mending berdagang
sayur saja dan hasilnya juga ikut membantu untuk keperluamn rumah tangga bukan
hanya itu suami sayapun juga ikut membantu akhirnya sampai saat ini kami masih
menjalankanp pekerjaan ini.” (Wawancara Atika 25 April 2016)
Berdasarkan hasil wawancara tersebutdi atas
menunjukan bahwa faktor yang menyebabkan masyarakat memilih berdagang sayur
yaitu faktor keinginan. awalnya
berdagang hanya sekedar ikut-ikutan sama tetangga tetapi setelah menjalaninya
ternyata hasilnya lumayan memuaskan dari pada tiggal dirumah nda ada pekerjaan
mending berdagang sayur dan hasilnya
juga ikut membentu untuk keperluan rumah tangga bukan hanya suaminya pun juga ikut membentu akhirnya
sampai saat ini masih menjalankanp pekerjaan ini.
Hal tersebut didukung oleh informan yanhg berdagang di
pasar Baruga selama 3 tahun berrnama Ema
(29 tahun) sebagai pedagang yang mengatakan bahwa
“Dulu saya hanya menanam dan terus menanam kamudian
hasilnya suami saya yang jual tetapi setelah lama kelamaan saya termotifasi
dengan penghasilan yang didapat suami saya Karena saya berpikir kalau haya suami saya yang menjual
tidak akan terlelu banyak penghasilanya jadi saya harus mambantunya akhirnya
sampai sekaranng sudah kurang lebih empat tahun saya menjalamni pekerjaan
sabagai penjual danmm alham duliha hasilnya memuaskan sekali. Bisa mancukupi
biaya hidup anak-anak saya kuliah.” (Wawancara Ema 26 April)
Berdasarakan
hasil wawancara tersebut di atas menunjukan bahwa faktor yang menorong
masyarakat memilih berdagang sayur yaitu faktor keinginan. Dulu hanya menanam dan terus menanam kamudian
hasilnya suaminya yang jual tetapi setelah lama kelamaan termotifasi dengan
penghasilan yang didapatnya Karena
berpikir kalau haya suami yang menjual tidak akan terlalu banyak
penghasilanya jadi harus mambantunya akhirnya sampai sekaranng sudah kurang
lebih empat tahun menjalamni pekerjaan
sabagai penjual dan allhamdulliha hasilnya memuaskan sekali. Bisa mancukupi
biaya hidup anak-anak kuliah.
D.
PENUTP
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya maka peneliti menarik
kesimpulan bahwa :
1. jaringan
sosial ekonomi migran bugis sebagai pedagang sayur
a. Hubungan antara sesama pedagang.
Semua pedagang menjalin hubungan sosial yang erat antara sesama mereka tidak
ada yang saling mennjatuhkan satu sama lain.
b. hubungan pedagang dengan
pedagang grosiran. Jaringan sosial yang
terjalin antara keduanya berjalan dengan baik dan saling kerja sama dalam
meningkatkan penghasilan dari masing-masing pedagang.
c. hubungan pedagang dengan pelanggan,
berjalan dengan baik pelanggan harus diutamakan agar bias memperoleh
keuntungan yang banyak.
2. faktor-faktor penyebeb
meayarakat memilih menjadi pedagang sayur
a. Faktor ekonomi keadaan ekonomi
yang masih sangat kekurangan namun dengan berdagang sayur kondisi perekonomian
mereka ikut terbantu
b. faktor keinginan. Kodisi yang
tidak ada pekerjaan lain sehingga mereka ingin melakukan pekerjaan manjual
sayur.
b. Saran
Saran
yang dapat diajukan dengan melihat jaringan sosial ekonomi migrant
Bugis sbagai pedagang sayur di Pasar Barga Kota Kendari adalah:
1. Kepada Pedagang agar dapat mengelolah dengan baik hasil atau pendapatan
yang diperoleh supaya dapat meningkatkan usaha yang dijalankan begitupun
hubungan sosial sesama pedagang agar tetap terjaga.
2. Dengan peneliti ini diharapkan masyarakat Pedagang migrant Bugis supaya
lebih professional dan penuh tanggung jawab dalam menjaga dan melestarikan
hubungan-hubungan sosial dagang yang telah terbangun.
3. Kepada peneliti selanjuntnya agar lebih memperdalam aspek kajian tentang jaringan sosial ekonomi Migran Bugis sebagai
Pedagang Sayur di Pasar Baruga di Kota Kendari.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Salim, (Anggota
IKAPI), 2001 Teori dan Paradigma
Penelitian Sosia, PT Tiara Wacana
Yokyakarta.
Akhmad. 2005 Studi Perubahan Ekonomi Papua, Bigraf
Publishing Yogyakarta.
Boediono, Ekonomi Mikro, BPFE, UG, Yogyakarta,
1982.
Boissevain, Jeremy. Friends of Friends: Networks, Manipulators and Coalitions. Oxford: Basil Blackwell, 1974.
Cyril,S Belshaw, Anggota IKAPI, 1981 Tukar MenukarTradisional dan pasar Moderen,
PT. Gramedia, Jakarta
Damsar, Prof, Dr.
2002. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta
: Kencana Prenada Media Group
Dr. thee Kian Wie,
1981 Pemeratan Kemiskinan Ketimpangan Beberapa Pemikiran
Tentang Pertumbuhan Ekonomi Peebnrbit Sinar Harapan. PT Djaya Pirusa, Jakarta
Edward
L.Poelinggomang, 2002 Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Maritim. Makassar Abad XIX, PT Gramedia Jakarta.
LD FE UI. 1981. Dasar-Dasar Demografi. FE UI, Jakarta.
Lukas David, Peter
Mcdonald, Elspeth Youg. 1982. Pengantar
Kependudukan.
Gajahmada University Press, Yogyakarta.
Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia,
1990.
Muhammad M.Hum, 2011 Metode Penelitian bahasa, AR-Ruzz Media,
Jogjakarta.
Mantra Ida Bagus.
1985. Pengantar Studu Demografi. Nur
Cahya, Yogyakarta..
Mitchell, J. Clyde.
“The Concept and Use of Social Network” dalam Social Networks in Urban
Situation: Analysis of Personal Relationships in Central Africa Town (ed. Mitchell), hlm
1-50. Manchester: University of Manchester
Press, 1969.
Prof Dr Koetjaranigrat, 2010 Manusia dan Kebudayaan, di Indonesia, Djambatan.
Said Rusdi 2005,
Anggota IKAPI, Pengantar Ilmu Kependuduka,
Pt. Pustaka LP3E5 Indonesia.Sunarto, Hs. 1985. Penduduk Indonesia Dalam Dinamika Migrasi
1971-1980. Dua Dimensi Yogyakarta
Suparlan, Parsudi. “Jaringan Sosial”, dalam Media IKA Februari, No. 8/X, hlm. 29-47.
Jakarta: Ikatan Kekerabatan Antropologi Fakultas Sastra UI, 1982.
http://witrianto.blogdetik.com/2010/12/16/transmigrasi-di-indonesia/. diakses 23 Maret 2016
http://organisasi.org/pengertian_macam_jenis_tujuan_transmigrasi_penduduk_mobilitas_dari_suatu_daerah_padat_ke_pulau_sedikit_penghuni_geografi. diakses 23 Maret 2016
No comments:
Post a Comment