Sunday 19 March 2017

POLA JARINGAN SOSIAL EKONOMI MIGRAN BUGIS SEBAGAI PEDAGANG SAYUR (Studi di Pasar Baruga Kota Kendari)

POLA JARINGAN SOSIAL EKONOMI MIGRAN BUGIS SEBAGAI PEDAGANG SAYUR (Studi di Pasar Baruga Kota Kendari)

Oleh:
NAMA                        : Nilam Sari
PEMBIMBING I         : Muh.Arsyad
PEMBIMBING II        : Bakri Yusuf
  
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui jarinag sosial Ekonomi migran Bugis sebagai pedsgsang sayur dipasar Baruka Kota Kendari. (2) Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mendorong dan penghambat masyarakat Bugis migran memilih menjadi pedagang sayur di Pasar Baruga Kota Kendari  Manfaat penelitian : (1) dapat mengetehui jawaban dari fenomena sosial yang ada dimasyarakatserta diharapkan bisa menjadi referensi peneliti selanjutnya. (2) Sebagai bahan acuan dan informasi dalam merumuskan kebijakan dalam upaya untuk memberikan pemahaman kepada warga transmigrasi.Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Baruga Kota Kendari. Penentuan informasi dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik penentuan informan secara sengaja yang berjumlah 16 orang dan data penelitian ini diperoleh melalui observasi (pengamatan), interview (wawancara) serta dianalisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jaringan sosial ekonomi migran di Pasar Baruga Kota Kendari berjalan dengan baik dan faktor-faktor yang mempengaruhi adalah faktor keinginan dan kondisi sosial ekonomi.

Kata kunci : transmigran Bugis


A.       PENDAHULUAN
 Migrasi penduduk merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan proses berkembangnya pembangunan di Indonesia. Fenomena migrasi yang berlangsung dalam suatu  negara banyak terlihat di berbagai wilayah Indonesia. Salah satu daerah yang   mencerminkan adanya fenomena migrasi antar daerah (interprovincial migration) maupun migrasi internasional (international migration).  Pekerja migran internal (dalam negeri) adalah orang yang bermigrasi dari tempat asalnya untuk bekerja di tempat lain yang masih termasuk dalam wilayah Indonesia. Karena perpindahan penduduk umumnya dari desa ke Kota (rural-to-urban migration), maka pekerja migran internal seringkali diidentikan dengan “orang desa yang bekerja di kota.
Jaringan sosial yang dikembangkan dan dipelihara di antara sesama  migrant sedesa asal tersebut antara lain dapat ditelusuri sejak migran yang bersangkutan pertama kali berangkat bermigrasi, karena sejak awal keberangkatan seseorang bermigrasi tidak lepas hubungannya dengan sesama migran se Desa asal. Penelitian terhadap migran ini menemukan bahwa umumnya ketika pertama kali seorang migran baru bermigrasi ke kota, ia tidak berangkat seorang diri, melainkan selalu ada migran yang telah lebih dahulu bermigrasi yang mengajak atau membawanya.
Secara historis, sebagian besar suku bugis turun temurun telah merantau mencari keberuntungan di daerah yang baru .dahulu sangat bergantung terhadap sektor pertanian untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Penggunaan lahan mayoritas digunakan untuk sektor agraris/pertanian yang merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang mereka, seperti: padi, jagung, kacang, dan lain sebagainya. Serta di sektor peternakan.Akan tetapi, saat ini kondisi tersebut sudah mengalami perubahan seiring perkembangan zaman (kemajuan IPTEK), perubahan iklim, dan bertambahnya jumlah penduduk yang cukup pesat.Pada perkembangannya, pengelolaan pertanian menjadi kurang maksimal, dan berdampak pada hasil panen yang seringkali mengalami pemerosotan harga. Selain itu, juga terjadi pengalih-fungsian lahan sabagai lahan pemukiman baru dan sarana-sarana umum seperti: sarana pendidikan, balai desa, dan lain-lain. Berdasarkan kondisi itulah (kondisi lahan pertanian yang kurang menjanjikan akibat permainan harga pasar dan munculnya masalah social ekonomi yang menjadi faktor pendorong mereka untuk merantau ke daerah lain.
Bugis merupakan kelompok etnik dari wilayah  asal Sulawesi Selatan ini mempunyai ciri utama adalah bahasa dan adat-istiadat. Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 2000, populasi orang Bugis sebanyak sekitar enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti Sulawesi Tenggara, dan daerah di Indonesia lainnya maupun di manca Negara. Kepiawaian suku Bugis dalam mengarungi samudra cukup dikenal luas, dan wilayah perantauan mereka.  awal orang-orang Bugis ke daerah lain di Nusantara hingga ke Sulawesi tenggara adalah adanya semangat untuk merantau (massompe’). Orang-Orang Bugis selalu berupaya mencari tempat yang dianggap layak bagi dirinya untuk tinggal, bekerja, bermasyarakat dan lain-lain. Selama hal tersebut belum dicapai, perantauan  tidak akan pernah berakhir. Perantauan orang Bugis ini juga dimotivasi budaya siri’ yang menjadi pandangan hidup orang Bugis.Merantau bagi orang Bugis dianggap menjadi jalan memperbaiki hidup dan meningkatkan harkat dan martabat, baik harga diri maupun kelompok.Karena itulah Bugis lebih berhasil, disebabkan oleh situasi historis dan keunikan orang-orang Bugis untuk melakukan pembaharuan.
Migran orang Bugis sebagai pendatang yang secara tidak lansung berusaha untuk mempersatukan dirinya dengan kehidupan setempat, pada akhirnya dipaksa untuk beradaptasi dengan linkungan adat istiadat, walaupun dalam bentuknya yang paling sederhana.
Adaptasi dengan adat istiadat merupakan suatu masalah karena hal tersebut mengalami peroses yang membutuhkan jangka waktu yang relatif lama.Waktu yang di butuhkan tersebut sangat relative yaitu sepanjang dengan masa dimana para migran merasa betah untuk tinggal dan menganggap linkungan itu menjadi miliknya. Sebab itu maka dalam proses tersebut, seseorang akan mengadaptasi bagian yang paling sederhana dalam adat istiadat simbol yang di gunakan berhubungan dalam masyarakat seperti bahasa, isyarat, warna dan aneka tingkahlaku yang dipolakan untuk memberikan pengertian tertentu dan telah di ketahui secara menyeluruh dalam kelompok tersebut.
            Migran Bugis khususnya yang ada di Kota Kendari segala cara akan dilakukannya untuk meningkatkan perekonomiaanya, diantaranya berdagang dan nelayan. Dimana jika berbicara tentang pedagang sayur di Kota Kendari pusatnya yaitu di pasar Baruga, tempat pusat bongkar muat segala jenis sayuran yang dibutuhkan dalam kota Kendari. Suku Bugis yang berdangang sayur di Kota Kendari khususnya yang ada di Pasar Baruga Kendari sebanyak 70%  sedangkan yang lainnya adalah suku Tolaki, Muna dan Jawa sebanyak 30%. Ini berarti bahwa yang berdagang di Pasar Baruga mayoritas suku Bugis yang berdatangan dari berbagai daerah.Oleh karena itu penulis bermaksud untuk mengkaji secara cermat tentang “Pola Jaringan Sosial Ekonomi Migran Bugis Yang Berperan Sebagai Pedagang Sayur Studi  Dipasar Baruga Kota Kendari.”
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1.      Bagaimanakah Pola jaringan sosial ekonomi migran Bugis sebagai pedagang sayur di Pasar Baruga Kota Kendari?
2.      faktor-faktor pendorong dan penghambat apakah masyarakat migaran Bugis memilih menjadi Pedagang sayur di Pasar Baruga Kota Kendari?
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah:
1.    Untuk mengetahui bagaimana Pola jaringan sosial ekonomi migran Bugis sebagai pedagang sayur di Pasar Baruga Kota Kendari.
2.    Untuk mengetahui faktor-faktor pendorng dan Penghambat masyarakat migrant Bugis memilih menjadi pedagang sayur di Pasar Baruga Kota Kendari.
B.                 METODE PENELITIAN

Peneliti ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, karena Metode penelitian kualitatif ini melalui observasi, wawancara (interview) pada informan secara langsung dan dokumentasi. Jadi data yang diperoleh valid dan mudah di analisis.

Subyek utama dalam penelitian ini adalah migran Bugis yang sengaja datang di pasar Baruga Kota Kendari untuk berdagang sayur sebanyak 16 (enam belas) orang. Informan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tehnik purfosive sampling (sengaja) dengan pertimbangan bahwa informan penelitian benar benar memahami subtansi masalah yang paham untuk memberikan keterangan guna menjawab permasalahan dalam penelitian.
Sumber data yang utama dalam metode penelitian kualitatif adalah perkataan, tindakan dan sebagai tambahan data dari dokumen-dokumen dan arsip-arsip mengenai pedagang sayur yang ada di pasar Baruga melalui data statistik.
Ada juga jenis-jenis data yang diperlukan: (1). Data primer, yaitu merupakan data yang  paling utama yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data untuk dianalisis diberikan informan yang di wawancara secara langsung. Seperti, para migran Bugis yang berprofesi sebagai pedagang sayur di pasar Baruga Kota Kendari, para pemilik lapak. (2). Data Sekunder, yaitu data penunjang yang diperoleh dari dokumentasi. Data ini digunakan sebagai pelengkap data yang harus di peroleh oleh peneliti.
Penelitian yang menggunakan metode penelitian kualitatif ada   tiga cara untuk   mendapatkan yaitu sebagai berikut: (1).  Observasi yaitu, merupakan salah satu teknik yang dilakukan dalam pencarian data pada penelitian kualitatif.  Pengamatan dilakukan dengan melihat mata telanjang untuk melihat kondisi maupun suasana tempat yang ingin dilakukan penelitian. Pada observasi berlangsung, peneliti bisa memberikan gambaran awal tentang data yang akan digunakan sebagai bahan analisis masalah yang ada dalam penelitian ini. Observasi berlangsung di Pasar baruga di Kota Kendari, Peneliti juga melakukan pengamatan kondisi lingkungan pedagang sayur serta pengamatan terhadap  ekonomi, dan hubungan sosial antara pedagang yang satu dengan yang lainnya. (2). Interview, atau wawancara dilakukan dengan proses wawancara kepada informan secara langsung, Pencarian informasi dengan cara wawancara terlebih dahulu ditentukan key-informan (informan kunci). Dalam peneliatian  ini yang menjadi informan adalah orang-orang yang sudah lama menjadi pedagang sayur, kepala pasar, tokoh masyarakat migran Bugis.(3). Dokumentasi yaitu, merupakan pencarian data yang berbentuk gambar, arsip dan data-data yang tertulis. Karena peneliti  perlu mengambil gambar selama proses penelitian berlangsung untuk memberikan bukti secara riil yang ada di pasar Baruga Kota Kendari. Arsip-arsip dan data-data lainnya digunakan untuk mendukung data dari hasil observasi dan interview.
C.    PEMBAHASAN
1.      Pola Jaringan Sosial Ekonomi Migran Bugis Sebagai Pedagang di Pasar Baruga Kota Kendari
Jaringan sosial ekonomi merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya.  Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk yang formal maupun bentuk informal.  Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama dan kordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprosikal. (Damsar, 2002).
a.      Hubungan Antara Sesama Pedagang
Hasil wawancara dengan informan yang berdagang di Pasar Baruga selama 5 Tahun bernama udding (40 tahun) sebagai pedagang yang mengatakan bahwa:
Kami semua di sini tentunya berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga yaitu kebutuhan ekonomi.  Untuk bias bertahan berdagang disini pastinya kami saling menghargai antara sesama pedagang, saya sangat menjaga hubungan keakraban sesama pedagang terkadang kami saling membantu membersihkan sekeliling tempat meskipun ada petugas kebersihanya, kami menjual kenyamanan dan keamanan juga kami jaga bersama demi terciptanya hubungan yang harmonis dari kami semua sampai sekarang. (Wawancara udding 12 Februari 2016)
Hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa hubungan antara pedagang dengan sesama pedagang di Pasar Baruga Kota Kendari.  semua pedagang di sisni tentunya berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga yaitu kebutuhan ekonomi.  Untuk bisa bertahan berdagang disini pastinya kami saling menghargai antara sesama pedagang,  para pedagang sangat menjaga hubungan keakraban sesama mereka terkadang saling membantu membersihkan sekeliling tempat  penjualan.  kenyamanan dan keamanan juga pedagang jaga bersama demi terciptanya hubungan yang harmonis dari  semua pedagang sampai sekarang.
Hal ini juga didukung oleh seorang informan yang Berdagang di Pasar Baruga selam 3 tahun, bernama Jusman ( 35 tahun ) sebagai pedagang yang mengatakana bahwa.
menurut saya hubungan pedagang di sini sangat baik selama saya berdagang disini tidak ada diantara kami yang saling menjelek-jelekan satu sama lain.  Terkadang kami  juga saling bercanda kalau kami sementar menjual, semua kewajiban berkaitan dengan maslah kenyamanan dan kebersihan pasar juga kami sangat menjaganya demi terciptanya hubungan yang harmonis dari kami semua. (Wawancara Jusman 12 April 1216)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas menunjukan bahwa hubungan pedagang dengan pedagang di Pasar Baruga, hubungan pedagang di sini sangat baik selama  berdagang di pasar  tidak ada diantara para pedagang yang saling menjelek-jelekan satu sama lain.  Terkadang para pewdagang  juga saling bercanda kalau  sementar menjual, semua kewajiban berkaitan dengan maslah kenyamanan dan kebersihan pasar juga para pedagang sangat menjaganya demi terciptanya hubungan yang harmonis dari semua pedagang.
b.      Hubungan antara Pedagang Dengan Pedagang Grosiran
Semua jenis perdagangan akan berkembang besar dan dapat bersaing di pasar duni tentunya harus mengutamakan kualitas hasil produk barang dagangan harus memuaskan  pelanggan dan pola hubungan antara pedagang juga harus dijaga demi terjalinya keharmonisan para pedagang.
 Hal ini didukung oleh seorang informan yang berdagang di Pasar Baruga selam 6 Tahun bernama Baha (46 tahun) sebagai pedagang grosiran yang mengatakan bahwa  :
Saya sebagai pedagang grosiran sangat menjaga hubungan saya dengan pedagang lain karena saya menjual dalam jumlah besar tentunya saya mengharapkan jumlah pembeli yang banyak juga nah kalau hubungan saya dengan pedagang lain kurang baik maka pembelinya juga akan berkurang. Tetapi selama saya menjual disini hubungan saya dengan para pelanggan adalah hal paling utama bagi saya.allhamdullilah sampai sekarang saya masih menjual disini dan mendapat keuntungan besar karena banyak yang berbelanja ditempat saya.(Wawancara Baha 20 April 2016)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas menunjukan bahwa hubungan pedagang dengan pedagang grosiran di Pasar Baruga Kota Kendari.  pedagang grosiran sangat menjaga hubungan  dengan pedagang lain karena  menjual dalam jumlah besar tentunya  mengharapkan jumlah pembeli yang banyak juga nah kalau hubungan antara para kurang baik maka pembelinya juga akan berkurang. Tetapi selama  menjual di pasar  hubungan para pedagang dengan para pelanggan adalah hal yang paling utama. Allhamdullilah sampai sekarang  masih menjual di Pasar dan mendapat keuntungan besar karena banyak yang berbelanja ditempatnya.
Hal tersebut didukung oleh seorang informan yang  bernama Ani (38 tahun) sebagai pedagang yang mengatakan bahwa :
Yaah hunungatta idi kunye sibawa papadatatta pabalu grosisir liwa mgello nasaba iyya de upermasalahkanih rekko engkkanna saingatta nasaba iyya wisseng kasi sippadaki massappa dale di kampponna taue
Artinya:
“yaa hubungan kami dengan pedagang grosiran itu sangat baik baik karna saya tidak permasalakan dengan kedatangan mereka karna saya tahu bahwa mereka juga mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. (Wawancara Ani 20 April 2016)

Hal tersebut didukung oelh informan yang Berdagang selama 8 tahun  di pasar baruga bernama Atika (25 tahun) sebagai pedagang grosiran yang  mengatakan bahwa :
Sipungenna iya mabbalu kuyye idi pabalueh komppaki sibantu-bantu sippadatatta pabalu nasaba padapadaki lokka masappa dalle
Artinya
“Semenjak saya  berdagang disini kami selalu bekerja sama, saling membantu antar sesama penjual karena sesame pedagang harus saling bekerja sama dalam memmenuhi kebutuhan hidup dalam keluarga.” (Wawancara Atika 21 April 2016)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas menunjukan bahwa hubungan antara pedagang dengan pedaganng grosiran Semenjak  pedagang grosiran berdagang mereka selalu bekerja sama, saling membantu antar sesama penjual karna sesama pedagang harus saling bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan hidup dalam keluarga.
c.       Hubungan Pedagang Dengan Pelanggan
Sebuah keberhasilan dalam pergagangan tentunya semua pihak yang menjalankan perdagangan itu harus menjalin hubungan yang baik antara sesame baik itu hubungan antara sesame pedagang, hubunagn pedagang dengan grosiran dan hubungan pedagang dengan pembeli berikut ini adalah hasil wawancara dengan salah seorang informan yang berdagang di pasar Baruga selama 8 Tahun bernama  Husna (23 tahun) sebagai pedagang yang mengatakan bahwa :
Ko iyya hubunganku sibawa langanakku liwwa gello biasanna iya balukku sibawa langganakku masemppo nasaba alena malewe engkka manggelli kuyye jadi harus di jahga hubungatta tete madeceng nasababiasanna alena sello melli maega balukku
Artinya:
hubungan saya dengan pelanggan saya sangat baik biasanya saya jual dagangan saya kepada langganan saya itu agak murah karna dia sering dating belanja disini jadi saya harus menjaga hubunagan ini tetap baik karna biasanya dia sering memborong hasil daganganku. (Wawancara  Husnna 22 Apri l2016)
Berdasarkan hasil weawancara tersebut di atas menunjukan bahwa hubungan antara pedagang dengan pelanggan, hubungan diantara keduanya  sangat baik biasanya pedagang  menjual dagangannya  kepada langganannya itu agak murah karena pembeli sering datang belanja disini jadi pedagang  harus menjaga hubunagan ini agar tetap baik karena biasanya pembeli sering memborong hasil dagangannya.
Hal tersebut didukung oleh informan yang berdagang di pasar Baruga selama 8 thun bernama Ema (29 tahun ) sebagai pedagang yang mengatakan bahwa :
“hubungan kami baik biasanya low merekah dating membeli disini saya selalu jual murah supaya mereka datang lagi belanja itu sebabnya saya selalu jaga hubungan ini agar tetap terlalin dengan baik karna apabila saya jual dagangannku lebih mahal bukan pembeli lain saja yang kurang tetapi pelanggan saya jugapun akan pergi belanja di tempat lain yang merekaa anggap lebih murah.” (Wawancara  Ema 23 April 2016)

Beradasarkan hasil wawancara tersebut di atas menunjukan bahwa hubungan antara keduanya sangat baik biasanya kalau  pembeli datang  disini pedagang selalu jual murah supaya pelanggan  datang lagi belanja di tempatnya, sebabnya  pedagang selalu menjaga hubungan ini agar tetap terjalin dengan baik karena apabila pedagang menjual dagangannya lebih mahal bukan pembeli lain saja yang kurang tetapi pelanggan  jugapun akan pergi belanja di tempat lain yang mereka anggap lebih murah.
2.       Faktor-Faktor Yang Mendorong Masyarakat Memilih Berdagang Sayur
Perdagangan merupakan faktor penting guna merangsang pertumbuhan ekonomi. Perdagangan memperbesar  kapasitas  konsumsi suatu  negara, meningkatkan  output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumberdaya yang langka dan pasar-pasar internasional  yang  potensial untuk berbagai produk yang hasilnya merupakan bekal utama yang jika tidak tersedia negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Perdagangan membantu semua warga negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunan mereka melalui promosi serta pegutamaan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keuntungan komperatif (Todaro, 2000).
Pada dasarnya kegiatan perdagangan timbul karena adanya keinginan oleh pihak pihak yang terlibat didalamya untuk memperoleh manfaat/keuntungan tambahan yang dapat diperoleh dari kegiatan perdagangan tersebut. Oleh karena itu motif manusia melakukan perdagangan adalah untuk memperoleh  manfaat/keuntungan dari pelaksanaan kegiatan tersebut (Boediono,1992)
a.      Faktor Ekonomi
Kebutuhan masyharakat yang paling pokok adalah masalah makanan. Semua masyarakat akan mampu menjalankan hidup sehari-hari apa bila di tunjang dengan  kondisi ekonomi yang baik pula.
Hal ini didukung oleh informan yang bernama Hj. Assa ( 53 tahun ) sebagai peedagang yang mengatakan bahwa :
dia menyatakan ekonomi saya meningkat semenjak saya berdagang dan itu saya membantu bagi kelangsungan hidup keluarga saya. Walaupun hasilya tidak terlalu banyak tapi Alhamdulillah kebutuhan kami terpenuhi. (Wawancara  Assea 24 April 2016)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas menunjukan bahwa faktor pendodrong masyarakat memilih menjadi pedagang sayaur yaitu karna faktor ekonomi. pedagang mengatakan ekonominya meningkat semenjak  berdagang dan  sangat membantu bagi kelangsungan hidup keluarga. Walaupun hasilya tidak terlalu banyak tapi Alhamdulillah kebutuhan terpenuhi dengan baik.
Hal tersebut didukung oleh informan yang Berdagang di pasar Baruga selama 6 Tahun yang bernama Jusman (35 tahun ) sebagai pedagang yang mengatakan bahwa :
dengan berdagang maka kebutuhan kami terpenuhi. Karna saya susah mencari pekerjaan cuman tamatan SD saja. siapa yang mau teriama dalam bekerja, sehingga saya coba-coba untuk berjualan tetapi hasil yang saya dapat itu sangat memuaskan. Untuk itu sampai sekarang ini saya masi tetap berjualan.  (Wawancara Jusman 24April 2016)
Berdasarkan hasil wawancarta tersaebut di atas menunjuken bahwa faktor yang mendorong masyarakat berpindah dan memilih menjadi pedagang sayur karna faktor ekonomi,  dengan berdagang maka kebutuhan pedagang  terpenuhi. Karena pedaganmg susah mencari pekerjaan kalau cuman tamatan SD saja. siapa yang mau teriama dalam bekerja, sehingga pedagang coba-coba untuk berjualan tetapi hasil yang didapatkan sangat memuaskan. Untuk itu sampai sekarang masi tetap berjualan.
Hal tersebut didukung oleh informan yang brdagang selam 8 tahun yang bernama Marni (41 tahun) sebagai pedagang yang mengatakan bahwa :
Saya memilih menjadi pedagang sayur karna saya tidak mempunyai modal yang banyak sedangkan berdagang sayur dengan modal rendah kita suda bias menjual  dan   Alhmdulillah penghsilnya cukup memenuhi kebutuhan. (Wawancara  Marni 24 April 2016)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi masyarakat menjadi pedagang sayur yaitu faktor ekonomi, masyarakat  memilih menjadi pedagang sayur karena tidak mempunyai modal yang banyak sedangkan berdagang sayur dengan modal rendah  suda bisa menjual  dan   Alhmdulillah penghsilnya cukup memenuhi kebutuhan.
3.      Faktor Keinginan
 Barikut ini adalah hasil wawancara bersama informan yangberdagang di pasar Baruga selama 4 tahun bernama Emma  (32 tahun) sebagai pedagang yang mengatakan bahwa ;
awalnya saya berdagang sayur saya hanya mencoba-coba tapi setelah saya jalankan saya sangat senag karena saya cukup mendapatkan untung banyak dan hinga sekarang pun dengan berdagan sayur saya bisa menyekolakan anaka saya hingga k perguruan tinggi. (Wawancara  Emma 25 April 2016)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas menunjukan bahwa faktor yang mendorong masyarakat memilih menjadi pedagang sayur yaitu faktor keinginan. awalnya  berdagang sayur hanya mencoba-coba tapi setelah menjalankan sangat senang karena cukup mendapatkan untung banyak dan hinga sekarang pun dengan berdagan sayur bisa menyekolakan anakanya hingga keperguruan tinggi.
 Hal tersebut didukung oleh informan yang berdagang selama 5 tahun yang  bernama Atika (28 tahun ) sebagai pedagang ynag mengatakan bahwa :
Pamulanna iya mabbalu macoba-coba maka bawang sibawa sitampe bolaku tapi sipungenna ujalani lumaya sedding untunna daripada  mondroka di bolae degage jamang jadi lebbi mabbalu kaju, panna hasilna lumayanto untu keperluatta baru tannia cuma yaro lakkaikku nabantu tokki mabalu jdi yatoro sedding pa bertahaka mabalu lettu kokuro.
Artinya:
awalnya saya berdagamg hanya sekedar ikut ikutan sama tetngga tetapi setelah saya menjalaninya ternyata hasilnya lumayan memuaskan dari pada saya tiggal dirumah ndag ada pekerjaan mending berdagang sayur saja dan hasilnya juga ikut membantu untuk keperluamn rumah tangga bukan hanya itu suami sayapun juga ikut membantu akhirnya sampai saat ini kami masih menjalankanp pekerjaan ini. (Wawancara Atika 25 April 2016)
Berdasarkan hasil wawancara tersebutdi atas menunjukan bahwa faktor yang menyebabkan masyarakat memilih berdagang sayur yaitu faktor keinginan.  awalnya berdagang hanya sekedar ikut-ikutan sama tetangga tetapi setelah menjalaninya ternyata hasilnya lumayan memuaskan dari pada tiggal dirumah nda ada pekerjaan mending berdagang sayur  dan hasilnya juga ikut membentu untuk keperluan rumah tangga bukan hanya  suaminya pun juga ikut membentu akhirnya sampai saat ini masih menjalankanp pekerjaan ini.
 Hal tersebut  didukung oleh informan yanhg berdagang di pasar Baruga selama  3 tahun berrnama Ema (29 tahun) sebagai pedagang yang mengatakan bahwa
Dulu saya hanya menanam dan terus menanam kamudian hasilnya suami saya yang jual tetapi setelah lama kelamaan saya termotifasi dengan penghasilan yang didapat suami saya Karena saya  berpikir kalau haya suami saya yang menjual tidak akan terlelu banyak penghasilanya jadi saya harus mambantunya akhirnya sampai sekaranng sudah kurang lebih empat tahun saya menjalamni pekerjaan sabagai penjual danmm alham duliha hasilnya memuaskan sekali. Bisa mancukupi biaya hidup anak-anak saya kuliah. (Wawancara Ema 26 April)
            Berdasarakan hasil wawancara tersebut di atas menunjukan bahwa faktor yang menorong masyarakat memilih berdagang sayur yaitu faktor keinginan.  Dulu hanya menanam dan terus menanam kamudian hasilnya suaminya yang jual tetapi setelah lama kelamaan termotifasi dengan penghasilan yang didapatnya Karena  berpikir kalau haya suami yang menjual tidak akan terlalu banyak penghasilanya jadi harus mambantunya akhirnya sampai sekaranng sudah kurang lebih empat tahun  menjalamni pekerjaan sabagai penjual dan allhamdulliha hasilnya memuaskan sekali. Bisa mancukupi biaya hidup anak-anak  kuliah.
D.       PENUTP

a. Kesimpulan
            Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya maka peneliti menarik kesimpulan bahwa :
1.   jaringan sosial ekonomi migran bugis sebagai pedagang sayur
a.   Hubungan antara sesama pedagang. Semua pedagang menjalin hubungan sosial yang erat antara sesama mereka tidak ada yang saling mennjatuhkan satu sama lain.
b.   hubungan pedagang dengan pedagang grosiran.  Jaringan sosial yang terjalin antara keduanya berjalan dengan baik dan saling kerja sama dalam meningkatkan penghasilan dari masing-masing pedagang.
c. hubungan pedagang dengan pelanggan,  berjalan dengan baik pelanggan harus diutamakan agar bias memperoleh keuntungan yang banyak.
2.   faktor-faktor penyebeb meayarakat memilih menjadi pedagang sayur
a.   Faktor ekonomi keadaan ekonomi yang masih sangat kekurangan namun dengan berdagang sayur kondisi perekonomian mereka ikut terbantu
b.   faktor keinginan. Kodisi yang tidak ada pekerjaan lain sehingga mereka ingin melakukan pekerjaan manjual sayur.
b. Saran
 Saran yang dapat diajukan dengan melihat jaringan sosial ekonomi migrant Bugis sbagai pedagang sayur di Pasar Barga Kota Kendari adalah:
1.      Kepada Pedagang agar dapat mengelolah dengan baik hasil atau pendapatan yang diperoleh supaya dapat meningkatkan usaha yang dijalankan begitupun hubungan sosial sesama pedagang agar tetap terjaga.
2.      Dengan peneliti ini diharapkan masyarakat Pedagang migrant Bugis supaya lebih professional dan penuh tanggung jawab dalam menjaga dan melestarikan hubungan-hubungan sosial dagang yang telah terbangun.
3.      Kepada peneliti selanjuntnya agar lebih memperdalam aspek kajian tentang jaringan sosial ekonomi Migran Bugis sebagai Pedagang Sayur di Pasar Baruga di Kota Kendari.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Salim, (Anggota IKAPI), 2001 Teori dan Paradigma Penelitian Sosia, PT    Tiara Wacana Yokyakarta.
Akhmad. 2005 Studi Perubahan Ekonomi Papua, Bigraf Publishing Yogyakarta.
Boediono, Ekonomi Mikro, BPFE, UG, Yogyakarta, 1982.
Boissevain, Jeremy. Friends of Friends: Networks, Manipulators and Coalitions.     Oxford: Basil Blackwell, 1974.
Cyril,S Belshaw, Anggota IKAPI, 1981 Tukar MenukarTradisional  dan pasar      Moderen, PT. Gramedia, Jakarta
Damsar, Prof, Dr. 2002. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Kencana Prenada             Media Group
Dr. thee Kian Wie, 1981 Pemeratan Kemiskinan Ketimpangan        Beberapa         Pemikiran Tentang Pertumbuhan Ekonomi Peebnrbit Sinar Harapan. PT           Djaya Pirusa, Jakarta
Edward L.Poelinggomang, 2002  Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Maritim.             Makassar Abad XIX, PT Gramedia Jakarta.
LD FE UI. 1981. Dasar-Dasar Demografi. FE UI, Jakarta.
Lukas David, Peter Mcdonald, Elspeth Youg. 1982. Pengantar       Kependudukan. Gajahmada University Press, Yogyakarta.
Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: Penerbit     Universitas      Indonesia, 1990.
Muhammad M.Hum, 2011 Metode Penelitian bahasa, AR-Ruzz Media,      Jogjakarta.
Mantra Ida Bagus. 1985. Pengantar Studu Demografi. Nur Cahya, Yogyakarta..
Mitchell, J. Clyde. “The Concept and Use of Social Network” dalam Social           Networks in Urban Situation: Analysis of Personal Relationships in             Central Africa Town (ed. Mitchell), hlm 1-50. Manchester: University of         Manchester Press, 1969. 
Prof  Dr Koetjaranigrat, 2010 Manusia dan Kebudayaan, di Indonesia,       Djambatan.
Said Rusdi 2005, Anggota IKAPI, Pengantar Ilmu Kependuduka, Pt. Pustaka  LP3E5 Indonesia.Sunarto, Hs. 1985. Penduduk Indonesia Dalam Dinamika Migrasi 1971-1980.      Dua Dimensi Yogyakarta
Suparlan, Parsudi. “Jaringan Sosial”, dalam Media IKA Februari, No. 8/X, hlm.     29-47. Jakarta: Ikatan Kekerabatan Antropologi Fakultas Sastra UI, 1982.















No comments:

Post a Comment

Manajemen dan Audit Lingkungan Artikel ISO 14001 Sebagai Pengelolaan Lingkungan Standar

1.1 Latar B e la k a n g   Untuk   mem e nuhi k e butuhan k e hidupan manusia mem e rluk a n sumb e rd a y a a lam, b e r...